Aug 21, 2013

Terurai Cerita Dibalik Kuliah Kerja Nyata Tematik Universitas Indonesia 2013

Satu bulan lebih saya hidup dan beraktivitas setiap harinya bersama orang-orang yang membawa satu visi, yaitu berharap apa yang dilakukan memberikan perubahan positif di masa depan. Bisa dikatakan bahwa kehidupan K2NT lebih banyak mengasah ketajaman perasaan dan pola pikir ini. Sesungguhnya terlalu banyak makna proses hidup yang dijalankan tiap harinya sehingga tak jarang sulit dilukiskan sepenuhnya melalui kata-kata.
Ya, bukanlah pemandangan yang jarang saya melihat ekspresi teman-teman atau pun masyarakat yang menggambarkan perasaan yang tengah dirasakan. Tak jarang saya menyaksikan lalu-lalang berbagai macam emosi ini begitu saja, baik yang menyisakan suka maupun duka.
            Akan tetapi, dibalik itu semua setiap harinya selalu ada satu hal yang dapat saya tarik garik lurusnya. Senyuman menghangatkan tanda kesan yang penuh arti. Semangat anak-anak dari awal mengenal kami hingga dalam proses bermain-belajar membuat kami makin teguh untuk meluruskan apa yang masih terkesan bengkok. Disini saya semakin memahami arti mendidik. Sungguh, anak-anak kecil ini mampu menjadi gambaran bagaimana kedepannya hidup ini akan berjalan. Sungguh, semangat baja untuk belajar dan berjalan di garis kejujuran kami tanamkan disini. Melalui senam pemanasan, permainan tradisional dan lirik-lirik lagu yang menyenangkan kami berbagi mengenai maksud menjaga lingkungan sekitar. Betapa keharuan semakin hari kian terpupuk melihat pola pikir dan tingkah laku anak-anak yang menanjak pada tangga positif. Tak bisa dipungkiri, suka duka akan selalu beriringan terjadi. Akan tetapi, bagi saya yang paling penting fokus memaksimalkan hal positif untuk menambah volume positif lainnya sehingga mampu menutupi atau bahkan mengurang hal negatif.
            Keberadaan anak tak akan jauh dari keberadaan sang ibu. Ibu-ibu disini membuat saya seringkali merasa bahwa “hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia” tak hanya berlaku  bagi mereka melainkan bagi saya. Mungkin mereka melihat saya dan teman-teman seperti percikan cahaya yang menyinari harapan-harapan anaknya untuk belajar dan berilmu. Ibu-ibu di Tugu Utara menggandeng erat kami untuk memberikan perubahan di kampungnya sendiri. Keharuan makin dirasakan ketika menyaksikan ibu-ibu disini sudah mulai minimalisasi pura-pura tidak tahu kelakuan membuang sampah sembarangan. Senyum tawa mereka tak kalah bahagianya dengan anak-anak dan KAMI. Masa-masa senyum tawa ini rasanya jauh berlipat ganda dibanding dengan jumlah duka. Sungguh mereka adalah bagian dari orang-orang yang memiliki senyum ini.

            Bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Bersama berbagai duka selalu ada suka. Dan kali ini saya diajarkan untuk merasakan suka yang terpaut jauh mengharukan di Tugu Utara 06/04.

No comments:

Diam atau Bergerak

Waktu terus berlalu tapi engkau masih disana Hari terus berlalu tapi engkau masih di singgasana Lepaskan singgasana karena engkau perlu ta...