...
Sulit sekali menjawab pertanyaan,
“Apa itu cinta?”
Dari dulu hingga sekarang, aku
merasa tak menemukan jawaban pasti mengenai kata tersebut. Mungkin bagi anak
kecil, cinta terlihat dari kasih sayang dan pengorbanan orang tuanya untuk
membesarkannya. Mulai beranjak remaja, cinta dipahami dari interaksi dengan
teman-teman di lingkungannya. Lalu, beranjak dewasa, cinta mulai ditemui dengan
makna yang begitu rumit. Kemudian, di penghujung usia mungkin cinta dipahami
sebagai arahan hidup yang membuat diri kita berharga di dunia.
Cinta itu menguatkan, katanya. Cinta
itu,melambangkan pengorbanan, katanya. Cinta itu butuh perjuangan, katanya.
Cinta itu tidak sekedar tiga dimensi, katanya. Cinta itu tak berwujud, katanya.
Cinta itu selalu ada, katanya. Cinta itu berharga, katanya. Cinta itu rumit,
kataku.
Usiaku beranjak dewasa. Banyak hal
yang tak mudah ku pahami. Banyak hal yang berusaha ku temui jawabannya. Ada
yang berhasil, ada pula yang gagal. Dan tak sedikit pula banyak yang belum ku
temui jawabannya.
“Apakah cinta yang
menghidupkanmu?”
Entahlah. Aku tak mampu menjawab.
Definisi cinta saja sulit untuk ku rangkai.
Pernah suatu ketika, ku temui
hari-hari haus akan keringat. Hari-hari aku tak ingin berhenti menemui banyak
orang. Tak ingin berhenti melakukan berbagai kegiatan. Semata-mata ingin
menemukan jawaban atas apa yang ku cari. Entahlah apa yang dicari.
Memulai tanpa tujuan membuatku
meraba di berbagai jalan. Mecoba mencari jalan yang mampu menuntunku dalam
keyakinan. Yang katanya akan menimbulkan cinta. Tapi, lagi-lagi aku bertanya
APA ITU CINTA?
Kadang aku berpikir, apa mungkin
cinta harus dicari? Apa mungkin cinta berpindah-pindah? Apa mungkin cinta
menguatkan? Apa mungkin cinta memerlukan pengorbanan? Apa mungkin cinta
membutuhkan perjuangan? Apa mungkin cinta berbentuk? Apa mungkin cinta
berwujud? Apa mungkin cinta itu ada? Apa mungkin cinta itu berharga? Apa
mungkin cinta itu ditemui?
Dengan segala keyakinan yang ku coba
pelajari, Ya cinta itu dapat ditemui. Cinta itu ada. Layaknya aku cinta pada
Allah-ku, Sang Maha Pencipta. Kenapa cinta Allah? Karena berbagai pertanyaan ku
temukan jawaban dari-Nya. Kenapa yakin ada cinta? Karena dengan kehadirannya
aku merasa lebih kuat dan tergerak untuk memperjuangkan sesuatu. Kenapa percaya
cinta itu? Karena…
Hmm..
Karena aku percaya ada HARAPAN.
HARAPAN?
Iya, Harapan. Harapan yang
kupercayai akan membawa pada hasil atas keyakinanku. Menikmati kebahagiaan
akhirat dan dunia. Mendapatkan surga yang membawa pada kehidupan kekal abadi
kelak. Itu kata keyakinanku.
Aku rasa kita kuat bukan karena
cinta, melainkan karena harapan. Karena harapan, kita jadi memiliki tujuan.
Karena harapan, kita berusaha memperjuangkan sesuatu. Karena harapan, kita rela
berkorban. Karena harapan, membuat kita lebih kuat. Karena harapan, membantu
menerangi jalan kita. Karena harapan, yang menuntun kita bergerak.
Dan, karena harapan menjadi alasan
kenapa kita bisa mencintai.
Bermimpilah supaya kita bisa terbangun. Berharaplah supaya kita bisa
tergerak. Hiduplah dengan alasan, hiduplah dengan harapan.
1 comment:
Dan berharaplah HANYA kepada Yang Maha Kuasa, yg Janji-Nya kepada hamba-Nya tidak akan pernah ingkar, karena jika kau berharap kepada selain-Nya , maka bersiap-siaplah untuk KECEWA
Post a Comment