Mar 31, 2012

Tugas Sebelum Mid-Test Mata Kuliah Etika


Analisis Peristiwa “Aksi Penolakan Digelar FPI Tidak Terpengaruh”
Berdasarkan Teori-teori Etika

            Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi dikehidupan sehari-hari yang dapat dianalisis menggunakan teori-teori etika. Salah satunya adalah peristiwa dalam surat kabar Media Indonesia, pada 15 Februari 2012. Dalam surat kabar tersebut, terdapat artikel yang berjudul “Aksi Penolakan Digelar FPI Tidak Terpengaruh”. Artikel tersebut membahas berita mengenai aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan penolakan atas tindakan yang digelar FPI (Front Pembela Islam). Para demonstran tersebut terdiri dari rakyat dan artis senior, Jajang C. Noer, serta sutradara muda, Hanung Bramantyo. Para demonstran yang melakukan aksi unjuk rasa tersebut memiliki tujuan agar tindakan kekerasan yang didalangi oleh FPI dilarang pemerintah karena telah banyak menyebabkan tragedi kemanusiaan. Berdasarkan perspektif etika, peristiwa dalam surat kabar tersebut dapat dianalisis berdasarkan teori-teori etika, yaitu hedonisme, eudemonisme, dan utilitarisme klasik.
            Apabila ditinjau berdasarkan teori hedonisme, tindakan yang dilakukan oleh pihak FPI untuk tetap melakukan pemberantasan korupsi, narkoba, dan miras dapat dianggap baik karena mendatangkan kesenangan bagi pihak FPI sendiri. Tindakan mereka juga menimbulkan kesenangan yang dapat meningkatkan kuantitas atau kenikmatan dalam diri mereka. Tindakan mereka sesuai dengan pendapat John Locke (dalam Bertens, 2005: 241) bahwa hedonisme disebut baik apa yang menyebabkan atau meningkatkan kesenangan dan sebaliknya disebut jahat apa yang dapat menyebabkan atau meningkatkan ketidaksenangan apa saja atau mengurangi kesenangan apa saja pada diri. FPI juga melakukan pengendalian diri hedonisme agar kesenangan tersebut bermanfaat dengan baik dan tidak terbawa situasi. Hal ini ditunjukan dari perilaku mereka yang tidak peduli terhadap demonstran yang melakukan unjuk rasa atas tindakan mereka. Berdasarkan teori Aristippos (dalam Bertens: 2005: 236), ketidakpedulian yang dilakukan mereka bertujuan untuk menghindari gerakan kasar berupa ketidaksenangan. Hal ini juga dapat dilihat dari tindakan beberapa orang tak dikenal yang mengambil spanduk-spanduk berisi penolakan terhadap FPI dan memukul demonstran. Beberapa orang yang tak dikenal ini melakukan apa yang menurut mereka menyenangkan sehingga menghasilkan nilai kesenangan bagi mereka sendiri.
            Namun, apabila ditinjau dari kritik hedonisme, perilaku yang dilakukan oleh pihak FPI dan beberapa orang yang tak dikenal tersebut merupakan perilaku yang egoisme karena hanya memuaskan keinginan mereka saja tanpa melihat batasan untuk hak orang lain. Mereka menganggap bahwa hal itu baik karena menyenangkan bagi mereka. Padahal, banyak orang lain yang tidak setuju dan berusaha menolak tindakan yang mereka lakukan, termasuk para demonstran. Hal ini sangat menunjukan egoisme dari pihak FPI sendiri.
Apabila ditinjau berdasarkan teori eudemonisme, aksi unjuk rasa yang dilakukan para demonstran merupakan perilaku yang bertujuan untuk mencapai eudaimonia/ kebahagiaan. Mereka akan merasa bahagia jika tujuan agar pemerintah melarang tindakan FPI terlaksana. Tindakan mereka dapat dianggap baik karena telah menjalankan fungsi mereka sebagai masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dari rakyat, untuk rakyat, dan demi rakyat. Unjuk rasa yang dilakukan merupakan cara pemecahan dilema moral yang mereka hadapi sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan etis yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan teori Aristoteles (dalam Bertens, 2005: 243), para demonstran telah melakukan keutamaan moral berupa keberanian untuk menyampaikan aspirasi melalui unjuk rasa. Keberanian tersebut merupakan jalan tengah dari banyaknya pilihan cara-cara rasional untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah.
            Tindakan para demonstran tersebut juga dapat dinilai baik berdasarkan teori utilitarisme klasik. Berdasarkan utilitarisme klasik, sesuatu yang dapat mendatangkan kebermanfaatan dan membuat banyak orang merasa senang dapat dianggap baik. Para demonstran melakukan aksi unjuk rasa tersebut bukan atas kepentingan pribadinya melainkan demi kebahagiaan dan kedamaian untuk banyak orang. Mereka melakukan tindakan tersebut karena tidak ingin melihat masyarakat menjadi korban tragedi kemanusiaan dari FPI lagi.
Jika aksi unjuk rasa yang dilakukan para demonstran dapat membuat pemerintah melarang tindakan kekerasan FPI, maka hal ini dapat mendatangkan kebermanfaatan, kesenangan, dan meningkatkan kebahagiaan bagi banyak orang. Jadi, hal ini bisa mewujudkan eudemonisme bagi masyarakat dan utilitarisme bagi pihak demonstran sendiri. Kemudian, hal ini juga dapat mengurangi perilaku hedonisme yang telah dilakukan oleh pihak FPI.



*******

Satu hal yang aku sesalkan ketika mengumpulkan tugas ini, yaitu LUPA BUAT DAFTAR PUSTAKA.

Jangan ditiru yaa hal yang menyesalkan ini!

No comments:

Diam atau Bergerak

Waktu terus berlalu tapi engkau masih disana Hari terus berlalu tapi engkau masih di singgasana Lepaskan singgasana karena engkau perlu ta...