Berbicara mengenai galau, tentu
akan banyak topik yang dikaitkan. Misalnya galau mengenai karir, cinta, pekerjaan,
studi, dan lain-lain. Hmm, pernah kah kamu kepikiran menanyakan beberapa
pertanyaan ini, Apa itu galau? Apa yang membuat galau? Apakah galau berbahaya?
Sampai kapan galau terjadi? Bagaimana mengatasi galau? Nah, coba saya bantu
melalui berbagi beberapa jawaban yang saya temukan.
Menurut saya, galau dapat disederhanakan
sebagai perasaan bingung; perasaan bingung akan kondisi yang tengah dihadapi dan
dirasakan tidak jelas. Atau istilah Pak Mario Teguh, galau adalah kegamangan
rasa. Galau hadir saat kita merasa kurang berdaya untuk melakukan sesuatu.
Galau juga bisa hadir saat kita berusaha menghadapi berbagai pilihan yang belum
berwujud kepastian. Galau juga hadir saat kita merasa tidak punya cukup
kekuatan untuk mengendalikan keadaan. Hmm, jangan kan untuk mengendalikan keadaan,
mengendalikan pikiran sendiri saja terkadang kesulitan ya Hehe Ya ini karena
sedang galau.
Galau muncul karena kita sedang
berpikir keras menemukan solusi namun terjerumus pada sudut pandang negatif. Pernah
merasa semakin dipikirkan semakin bingung? Kok malah tidak menemukan solusi?
Malah merasa tambah berat hal yang tengah dihadapi? Ya, karena kamu melihat
dari sudut pandang negatif. Padahal setiap orang bisa memilih untuk berhenti
galau, namun tidak semua orang dapat melakukannya. Mengapa? Karena belum memiliki
rasa tahu dan mau secara penuh untuk mengatasi galau.
Nah, kita harus tahu terlebih
dahulu bahwa galau bisa disebabkan karena tiga hal. Pertama, kekhawatiran
berlebihan karena keinginan yang belum tercapai. Kedua, penyesalan. Ketiga, merasa gagal. Nah, sekarang
yang mana penyebab galaumu?
Pertama, setiap orang akan logis
menghadapi suatu hal apabila logika dan hati (perasaan) berjalan seimbang. Saat
kita mampu menyeimbangkan antara keyakinan di dalam pikiran dan keyakinan di
dalam hati maka yang akan muncul adalah kepercayaan diri. Ketika salah satu
tidak seimbang, maka akan lebih banyak kemungkinan hal negatif yang dirasakan. Hal
ini bisa muncul apabila keinginan belum tercapai dan timbul perasaan khawatir berlebihan
sehingga lebih merasa kemungkinan tidak berhasil. Padahal di lapangan selalu
ada kemungkinan berhasil dan tidak. Kenapa harus memusatkan pikiran kepada
ketidakberhasilan yang belum tentu pasti? Kenapa tidak memilih yakin bahwa
semesta akan mendukung kita berhasil? Semua mulai dari pikiran. Saat memusatkan
pada hal positif, tentu akan mampu mengurangi dan menyiapkan diri kita lebih
ikhlas menghadapi kegagalan (yang belum tentu juga terjadi). Fokus saja, bahwa
akan selalu ada kemungkinan berhasil atau tertunda keberhasilannya. Jadi, lebih
baik pilih untuk yakin bahwa keberhasilan mampu kita raih.
Kedua, lalu dengan alasan pernah
gagal, bolehkah menyalahkan keadaan di masa lalu? Hanya orang ikhlas yang mampu
melihat masa lalu sebagai pembelajaran. Kita boleh menyesal, akan tetapi bukan
untuk menyalahkan “Yah, kenapa aku waktu itu tidak melakukan A ya, kenapa B”
melainkan refleksi diri “Memang saya menyadari kesalahan itu, sekarang saatnya
saya perbaiki keadaan sekarang”. Tidak mudah mengikhlaskan hal yang terjadi
apalagi tidak sesuai keinginan kita. Akan tetapi, tidak akan ada yang mampu
menjadi penawar penyesalan selain ikhlas. Dan, saat sudah mampu merasa ikhlas
selanjutnya fokus untuk melakukan sesuatu di hari ini dan besok.
Ketiga, yang berbahaya. Keinginan
sudah tidak tercapai, merasa menyesal, dan sekarang merasa sebagai orang yang
gagal. Waduh. Hmm, emang menurut kamu gagal itu apa? Kenyataannya, gagal hanya
milik mereka yang menyerah dan tidak berani mencoba. Selama kamu terus berusaha
dan menentang ketakutan, kamu akan terus dapat berjalan dan pikiranmu akan hidup.
Maksudnya, seseorang merasa gagal karena lelah berpikir, tidak yakin, dan malas
mencoba. Lalu seringkali mereka bertanya apa yang harus dilakukan? Apa yang
diharapkan? Ya bagaimana mau mengharapkan sesuatu, diri sendiri saja tidak mau
menolong dirinya sendiri. Sebagus-bagusnya mentor, guru, tutor ataupun itu,
tidak akan mampu membantu siswa didiknya mencapai kesuksesan jikalau siswa
didiknya tidak mau berubah dan berani melakukan perubahan. Semua perubahan dan
keputusan ada di tangan dirimu sendiri. Jika kamu tidak memilih untuk terus
berjuang, lalu siapa lagi yang akan memperjuangkan dirimu?
Di dunia ini, akan selalu ada
masalah yang akan dihadapi. Tinggal bagaimana kita menilai masalah, apakah
sebagai beban atau malah tantangan. Galau pun akan selalu hadir jika kamu
terkungkung dalam pikiran negatif. Mulailah membangun pikiran positif tentang
hari ini dan esok. Bangunlah kepercayaan diri dan optimisme dari dalam diri. Tunjukan
antusiasme dan gejolak semangat setiap kali melakukan sesuatu. Dan, jangan lupa
untuk bersabar. Setelah kamu berusaha, kamu harus mengingat bahwa Tuhan akan menjawab
doa usahamu melalui tiga cara; Ya, sekarang; Tidak sekarang; Ada yang lebih
baik sedang AKU persiapkan. Jadi, berusahalah dan bersabarlah.
Galau yang Wajar, Saat
Momen Tengah Berpikir Menemukan Solusi. Itu Tandanya Kamu Hidup. Galau yang Tidak
Wajar, Saat Kamu Merasa Tidak Berdaya dan Tidak Merasa Makna Hidup yang
Berarti.
No comments:
Post a Comment