Showing posts with label curhat. Show all posts
Showing posts with label curhat. Show all posts

Apr 11, 2014

Kebaikan Indah

Duh kesekian kalinya gue suka terharu dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang disekitar gue. Gue punya kebiasaan suka senyum-senyum sendiri dan menatap sembari geleng-geleng kepala kepada orang-orang yang melakukan kebaikan secara sukarela. Gue rasa mereka menganggap itu adalah suatu keharusan yang yaudah secara norma sosial emang ada. Dan, kayaknya mereka secara otomatis menganggap wajar melakukan hal tersebut. 

Sebagai contoh, saat mau menyebrang di penyebrangan kober. 
Tuh kan mobil sama motor lalu lalang tanpa melihat rambu lalu lintas lagi. Nah kadangan gue suka senyum-senyum aja lihat ada cowok tiba-tiba mempercepat langkah dan mengambil posisi paling pinggir dari arus kendaraan seraya melambaikan tangan kepada pengendara kendaraan lalu mempersilahkan kami yang perempuan menyebrang bersamanya. Duh, ini sumpah gender banget. tapi, gue suka menatap manis orang-orang yang seperti itu, entah kenapa. Apalagi kalo mempersilahkannya sembari menyunggingkan senyum manis. Gue akan dengan senang hati membalas senyum manis dong :)

Ada lagi.
Pagi-pagi biasanya penyebrangan di kober, rambu lalu lintasnya masih ON tuh. Gue selalu mengusahakan untuk menyebrang saat lampu rambu warna hijau bagi penyebrang jalan. Tapi, yaa masih banya tuh mahasiswa baik yang gue kenal atau pun ngga gue kenal (padahal kelihatannya ngga buru-buru) nyelonong aja nyebrang tanpa melihat rambu. Emang sih para pengendara kendaraan yang berbaik hati mempersilahkan. Tapi, sayang aja apa gunanya peraturan rambu lalu lintas untuk menertibkan.

Nah.

Kadang kala gue ketemu loh orang-orang yang tahan menunggu sejenak lampu rambu hijau untuk menyebrang. Ada beberapa orang yang sering kali gue temui melakukan hal yang sama seperti yang gue lakukan, yaa beberapa sih cowok. Dan gue tetap aja suka menatap manis kepada orang-orang yang melakukan kebaikan sekaligus ketaatan ini. Tak jarang gue temui mereka yang taat ini mengajak dan menawarkan perempuan-perempuan yang telah menunggu atau akan menyebrang di ajak barengan dengan dirinya. Ya, sama sembari mempersilahkan terlebih dahulu dengan senyum manis. :)

Ada lagi.
Saat mengantri di sebuah minimarket, gue lagi sibuk memainkan handphone. Tiba-tiba ada ibu-ibu tanpa antri nyelonong depan gue untuk langsung bayar. Gue pun hanya terdiam, heran. Si Ibu tidak membawa banyak barang atau pun anak sih, melainkan hanya ingin dahuluan membayar. Memang sih saat itu yang antri adalah anak-anak muda semua. Yaudah lah gue pikir Ibu ini ada urusan lain. Gue ngga keberatan dia membayar terlebih dahulu, walaupun bete-nya merasa dia tidak menghargai kami yang mengantri. Eh, akan tetapi. Nih, cowok yang berada di belakang gue mendadak menyapa Ibu tersebut seraya menegur agar mengantri. Si cowok mengatakan bahwa mbak yang di depannya (yaitu gue) sudah lebih dahulu mengantri. Tak lupa juga dia mengucapkan terima kasih kepada Ibu tersebut karena mengangguk dan  mengikuti antrian :")

Entahlah. Ini hanya beberapa.
Masih banyak pengalaman gue yang seringkali buat gue senyum-senyum dan menatap manis orang-orang yang dikenal maupun tidak dikenal di sekitar gue.
Sejujurnya gue merasakan itu adalah peringatan buat gue agar bisa melakukan hal baik seperti mereka. Atau malah hal jauh lebih baik lagi.

Kebaikanmu ya itulah senyumku

Mar 23, 2014

Biarkanlah




"Yang kau lihat memang fakta, tapi belum tentu itu kebenaran"


Entahlah, apakah atas dasar pernyataan itu yang membuatku tidak mudah menyimpulkan suatu hal atau kejadian yang terjadi. Mungkin karena itu juga, sering kali  aku dikira tidak peka atau acuh tak acuh.

Sungguh, aku cukup mengetahui apa yang terjadi denganku. Mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitarku. Mengetahui apa yang sedang ku pikirkan. Mengetahui apa yang sedang ku rasakan. Namun, mata dan mulutku tidak akan menyampaikan itu jikalau tak sesuai dengan atribut fakta yang ku pikirkan. Mungkin aku terlalu thinking, mungkin aku terlalu sensing, atau mungkin aku terlalu naif. Tapi, ya itu aku. Aku memiliki alasan sendiri.

Biarkanlah pikiranku menikmati perannya untuk bercengkrama sendiri.
Biarkanlah perasaanku menikmati kepingan emosi yang menetes.
Biarkanlah aku menikmati ini sejenak,
hingga aku mengungkapkan apa yang ingin aku sampaikan.


Feb 10, 2014

Belajar di Cemara Kulon #1

Fajar menyingsing. Hari itu 9 Januari 2014 pukul 02.30 WIB, semua pengajar dan panitia terpilih Gerakan UI Mengajar 3 berangkat menuju Indramayu. Ya, kami akan memulai aksi sosial dan mengajar kami di enam titik aksi. Aku sendiri mendapatkan kesempatan menjadi pengajar kelas 4 SDN Cemara Kulon, Titik 5 #cemcool Gerakan UI Mengajar 3.

Desa Cemara Kulon merupakan daratan yang berada ditengah sungai dan laut. Sekeliling Cemara Kulon merupakan perairan payau yang banyak dijadikan tambak oleh warga disana. Jika ketinggian air sungai, laut, dan tambak sedang naik, Cemara Kulon sering diberikan julukan sebagai Pulau Cemara Kulon. Ya, memang  dikala itu terlihat layaknya pulau karena tampak daratan yang berada di tengah-tengah perairan.

Titik 5 merupakan daerah yang paling jauh perjalanannya dari jalan raya utama. Dalam salah satu perjalanan, kami harus melewati jembatan bambu yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. Jembatan tersebut untungnya bukan jembatan pelangi. Kata teman-teman yang sudah pernah survey kesana, jembatan pelangi sungguh melengkung dan rawan terpleset. Membahayakan gitu katanya. Nah, jembatan bledung yang dilalui malam itu bagiku tidak terlalu mengerikan sih. Hanya saja mengkhawatirkan karena tidak ada kayu pegangan tangannya Hahah. Dibawah gerimisnya air hujan, kelicinan jembatan sungguh makin terasa. Ditambah suara arus air sungai yang terdengar bergemuruh, rasanya jalan jongkok menjadi cukup lumrah. Hehhe bercanda

Apabila hujan lebat mengguyur, ketinggian sungai dibawah jembatan biasanya akan naik hingga sama rata atau malah menenggelamkan jembatan bledung tersebut. Nah, kalo udah begitu, kita hanya bisa menggunakan perahu untuk melalui jembatan agar mencapai Desa Cemara Kulon.

Jangan kira selesai melewati jembatan maka akan segera tiba di desa. Belum. Dari jembatan butuh waktu lebih dari 15 menit menggunakan sepeda motor untuk mencapai desa atau lebih dari 30 menit ditempuh perjalanan kaki. Malam itu ditengah gerimis air yang berjatuhan, kami menyewa gerandong. Aku kira gerandong semacam makhluk jadi-jadian seperti di televisi. Ternyata tidak, gerandong adalah motor dengan bak terbuka dibelakangnya. Sungguh pengalaman pertama yang tak terlupakan bersama gerandong. Berasa layaknya ikan-ikan yang disusun rapi dalam bak sayur. Iya, bak tersebut emang bak motor yang sering digunakan untuk mengantar sayur-sayuran atau hasil tambak. Eh iya, kemulusan jalanan berasa banget bro di atas gerandong! 

Sempat merasa khawatir, belum tiba di lokasi aksi akan tetapi hujan terus menemani sepanjang perjalanan. Apa yang dikhawatirkan? Entahlah. Sesuatu yang belum ada tapi seperti tampak akan ada. Namun mendadak pikiran dan lamunanku itu buyar. Semua kekhawatiran itu menghilang karena senyum dan tawa dari teman-teman satu titik aksiku. Mereka adalah Uma, Ojan, Fathia, Anis, Icah, Ayu, Nadia, Sovia, Ajeng, Ryan, Novya, Teguh, Dika, dan Sarah. Senyum mereka mampu menghapus kekhawatiranku. Terima kasih geng :") Oh ya kami menyebut diri kami Power Rangers. Entah dari mana mulai tercetus nama itu, tapi kami suka nama itu.

...................................


Senyum dan semangat selalu menemani hari-hariku di Cemara Kulon. Sejak bangun tidur pagi hingga kembali tidur malam, aku selalu memikirkan dan mengkoreksi setiap langkahan yang aku lakukan di desa ini. Entahlah, mengapa aku tak terlalu mengkhawatirkan metode mengajarku. Rasanya semua sudah ku persiapkan semaksimal mungkin. Yang paling aku khawatirkan adalah nilai atau hikmah yang didapatkan anak-anak saat berhadapan denganku. 

Hari itu, 17 Januari 2014 halaman utama sekolah mulai digenangi air banjir. Air mulai mencapai setinggi mata kakiku. Namun, alhamdulillah itu hanya di beberapa sudut sekolah saja sehingga tidak menghambat KBM yang berlangsung.  Di dalam kelas pun tidak digenangi air sedikitpun. Memang setiap pagi cuaca selalu hujan. Makanya aku tak heran melihat sebagian anak-anak yang datang ke kelas dengan seragam basah atau sepatu kotor. Yang terpenting, semangat dan senyum mereka untuk belajar tetap terjaga :")

Keesokan harinya, 18 Januari 2014 genangan air di halaman utama sekolah mulai naik lebih dari setinggi mata kakiku. Ruang kelas 3, 4, dan 6 mulai sedikit demi sedikit dimasukin oleh genangan air banjir. Anak-anak kelas 4 juga hampir semuanya mengenakan sandal ke sekolah. Saat mengajar, pintu kelas 4 harus ditutup agar genangan air banjir cukup terhambat masuk dalam ruang kelas. Alhamdulillah anak-anak tetap bisa konsentrasi memperhatikan apa yang aku sampaikan. Untungnya di hari itu aku dan beberapa guru yang mengalami kondisi kelas yang sama diberikan pinjaman ruang kelas SMP untuk melanjutkan proses pembelajaran. Aaaa syukur terima kasih ya pihak SMP.

19 Januari 2014. Seperti hari-hari sebelumnya, aku bangun bertepatan dengan adzan shubuh. Anehnya  hari itu aku merasa sedang bermimpi atap kamar tidurku bocor dan membasahi kasurku.

"Ah, sudahlah itu hanya bunga tidur di sela-sela alunan denting hujan diluar " pikirku.

Baru saja terbangun dan menginjakkan kaki dilantai, aku langsung menahan mulutku yang ingin berteriak. KAGET!  Lantai kamar mulai digenangi air. Dan, ku lihat ternyata kasurku memang sudah basah karena atap yang bocor. Semua buku bacaan anak-anak dan berbagai perlengkapan mengajar di lantai langsung aku pindahkan ke atas kasur sembari dimasukan dalam berbagai goodie bag atau plastik. Ah, ternyata itu bukan mimpi. Aku masih tidak percaya sedang berada dalam kondisi kebanjiran.

Lalu terdengar teriakan orang tua asuh dan tetangga-tetangga meneriakan "Banjirrrrr... banjirrrrr".

Segera aku keluar kamar. Aku pun langsung secepat kilat membantu orang tua asuhku menaikan berbagai barang yang perlu dijauhkan dari jangkauan air banjir. Ditengah suasana pikiran yang bingung, apapun benda yang kulihat "Tidak Boleh Basah" langsung kupindahkan ke atas lemari.

Hingga pukul 06.00 WIB hujan masih mengguyur sehingga ketinggian air banjir di dalam rumah semakin bertambah hingga mencapai mata kakiku. Tapi, entahlah. Dalam kondisi tersebut seketika aku langsung berusaha tersenyum dan mengambil kamera sakuku. Aku berusaha menanggapi secara positif kondisiku saat itu. Tak lupa aku mengabari teman-teman setitikku mengenai kondisi rumahku.

Usai berbenah barang-barang, aku mengajak adik asuhku untuk berjalan-jalan sekitar rumah. Aku ingin mengetahui keadaan rumah-rumah penduduk dan jalan utama pagi ini.

Rumah tepat di sebelah kanan rumah tinggalku, bagian kamar belakang hingga dapurnya ambruk. Atap genteng dan dinding jebol karena hujan badai semalam. Sungguh tampak sangat miris melihat lantai rumah yang ketinggian banjirnya dua kali lebih tinggi dari rumahku. Ya, rumah tersebut memang masih menggunakan lantai tanah dan posisi ketinggiannya lebih rendah dari rumahku. Terlihat ada nenek tua yang masih tertidur dalam kelambunya. Ehm, iya bener kok itu pemilik rumah yang tengah tidur, bukan ................

Aku menyusuri jalanan setapak di depan rumahku. Nah loh, air sudah mulai mencapai lutut orang dewasa. Pada salah satu ruas jalan malah sudah lebih dari selututku. Aku buru-buru mengabadikan momen ini menggunakan kamera saku. Entahlah. Aku berusaha mengubah suasana kekhawatiranku dengan aktivitas memotret yang entah apakah ini akan membawa kebahagian atau kebingungan tersendiri bagiku.

Bersambung..

Oct 17, 2013

Belajar Menghadapi Masalah Bagaikan Memegang Segelas Air

Nah ini ada cerita yang menurut saya asosiasinya oke untuk terus-terus diingat ketika lagi berhadapan dengan masalah. Semoga kamu dapat deep-insight :)

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stres, Steven Covey, pakar Leadership-7 Habits, mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: seberapa berat menurut Anda segelas air ini?
Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. ”Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama Anda memegangnya,” kata Covey.

”Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin Anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”
Jika kita membawa beban kita terus-menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya,” lanjut Covey. ”Yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.”

"Saya ingin mengajak Anda agar kita tidak sepanjang hari terus merasa merana dan memikirkan kesulitan yang sedang kita tanggung. Cobalah meninggalkan beban kita secara periodik agar kita dapat merasa lebih segar, kuat, dan mampu membawanya lagi. Misalnya sebelum tidur tinggalkan dulu beban itu. Apa pun beban yang ada di pundak kita hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi, untuk dipikirkan juga jalan keluarnya".
Saya yakin setiap orang punya masalah hidup masing-masing. Jangan kira orang sukses dan kaya tidak punya masalah. Ya, mereka punya! Anda saja yang tidak tahu urusan pribadi mereka. Masalah kita sendiri, bagi kita begitu berat, rumit dan memusingkan, seakan tidak ada jalan keluar. Namun jika Anda mencoba melihat orang lain lain yang lebih berat masalah hidupnya, Anda akan merasa beruntung ternyata hidup Anda tidak seberat yang Anda kira selama ini. Semoga analogi segelas air ini bisa mencerahkan pusingnya pikiran Anda dalam menghadapi masalah hidup :)

Cerita ini dikutip dari salah satu teman yang juga mengutip. Boleh banget lho kamu mengutip dan berbagi cerita bermakna ini ke banyak orang. Mari bersama-sama menebarkan kebermanfaatan :)

May 21, 2013

Ekstrovert Intuitif

Sekarang bukan lagi tentang melengkapi, melainkan kembali menjadi perbedaan dan persamaan yang menjadi dua komponen yang terpisah. Sebenarnya bukan kembali lagi sih, tapi lebih tepatnya berubah menjadi hal yang lain. Riweh sih membicarakan hal yang cukup krusial di waktu yang sangat tidak tepat. Tapi, lebih riweh lagi ketika lo mencoba memperjuangkan sesuatu tapi malah harus terhenti tanpa alasan yang kuat dari dalam diri lo. 

Berbicara mengenai yang telah terjadi, berbicara juga mengenai pilihan dan yang dipilihkan. Sedikit kecewa sih ketika  mulai menyadari bahwa pilihan yang lo tetapkan terlambat diimplementasikan. Tapi yang paling mengecewakan adalah menyerah sebelum berjuang, menyerah sebelum melakukan, mengatakan tidak sebelum lo mencoba apa yang sebenarnya masih memungkinkan dilakukan. 

Paham kok, membangun proses berguna untuk melengkapi setiap puzzle cerita yang masih belum berbentuk kepastian. Sesungguhnya proses menghadirkan hasil. Ketika lo memilih "TIDAK UNTUK PROSES" maka secara tidak langsung menyimpulkan "TIDAK UNTUK HASIL".

Setidaknya, berfokus pada improvisasi hal-hal positif menambah tabung emosi positif dan tentunya mengurangi kuota tabung emosi negatif.

Dec 17, 2011

Allah Itu Selalu Tahu Apa yang Terbaik untuk Hamba-NYa

Hamdalah tidak pernah luput dari bibir saya hingga detik ini.

Hari ini, keinginan yang beberapa bulan lalu hampir benar-benar saya tinggalkan malah terwujud. Terima kasih Allah untuk hari ini atas berkah nya. Saya tahu Allah bukannya tidak mendengarkan do'a hamba nya hanya saja mencari waktu yang tepat untuk merealisasikan nya.

Oct 18, 2011

Perbedaan Tak Kalah Indahnya dengan Persamaan

Gue berteman dengan siapa aja. Gue gak mau pilih-pilih temen. Gue nyadar banget kalo pilih-pilih temen ngebikin gue rugi sendiri. Tau apa rugi nyaa? YUPS, Lo bakal punya temen yang tebatas dan  cuma yang kayak itu-itu doang.  Punya temen yang karakter nya heterogen itu seru lhoo :) lo bakal nemuin pengalaman baru mengenai cara beradaptasi dengan karakter-karakter yang berbeda. Gue gak rekayasa. Karena gue udah ngalami sendiri. Lo boleh coba dulu punya temen yang heterogen karakter sebelum lo mau complain ;p

But, gimana kalo tiba-tiba lo dihadapin sama situasi yang berbeda. Berbeda maksudnya temen-temen lo berasal dari suku bangsa dan budaya yang berbeda. Ini yang susah. Gue gak tahu spesifiknya gimana dari berbagai daerah cara adaptasi mereka. Yang jelas gue selalu berusaha agar menghargai suku dan budaya orang lain yang berbeda. Tapi, kalo mereka yang berbeda bikin Peer Group gimana? Yahhh itu yang bikin Indonesia terpecah belah. Peer group dibolehin selama masih wajar tapi kalo udah etnosentrisme banged siapaa yang dengan mudah bisa nerima. Perbedaan semakin mencolok, lingkungan terbatas, dan yang pasti orang disekeliling yang suku dan kebudayaan yang berbeda akan merasa GAK BANGED. 

Kalo lo berasal dari daerah, lo boleh jalin silahturahmi yang kuat sama temen sedaerah lo. Tapi, jangan batasi diri lo. daerah yaa daerah. Pergaulan lo yaa pergaulan lo. lo tau ngga kalo 

Perbedaan itu relatif menguntungkan kalo bisa menghadirkan chemistry. 

Itu kata-kata  yang gue rangkai sendiri dari pemikiran gue. Semua yang didunia ini kalo ga berbeda itu ga asyik. Semua akan menoton, statis, dan kaku. Siapa diantara lo yang suka kalo semua yang didunia ini sama? Please, your hand! Lo kebayang ngga sih kalo misalnya semua didunia ini sama. Contoh paling simple: Kalo semua didunia ini cewek gimana? atau semua yang didunia ini cowok? kebayang gak sih? 

Tuhan itu Maha Adil. DIA telah menciptakan semuanya terencana dan berpasangan. Dunia ini indah kalo lo bisa tau jalan mana yang tepat buat lo ngedapatin kebahagian JASMANI dan ROHANI. Buat happy kalo Lo bisa nyeimbangin antara jasmani dan rohani lo. Gitu juga dengan perbedaan. Perbedaan itu indah kalo lo udah tau cara yang tepat buat lo menerima perbedaan dan menghadapi perbedaan. Jangan takut menghadapi perbedaan, anggap pebedaan itu sebagai temen lo yang selalu mengingatkan lo bahwa lo itu UNIQUE ! 

Persamaan itu indah tapi lebih indah lagi kalo ada persamaan dan ada juga perbedaan. 

Diam atau Bergerak

Waktu terus berlalu tapi engkau masih disana Hari terus berlalu tapi engkau masih di singgasana Lepaskan singgasana karena engkau perlu ta...